Selasa, 28 November 2017



Keragaman Budaya Masyarakat Kota Bekasi


         Bekasi mengalami proses asimilasi dan akulturasi kebudayaan dari berbagai daerah seperti Bali, Melayu, Bugis, dan Jawa. Pengaruh etnis tersebut tersebar di wilayah Bekasi, antara lain :
1. Suku Sunda banyak bermukim terutama di wilayah Lemahabang; Cibarusah, Setu sebagian Pebayuran dan sebagian Pondik Gede.
2. Suku Jawa dan Banten banyak bermukim di Kecamatan Sukatani dan sebagian Cabang Bungin.
3. Suku bangsa Melayu banyak bermukim di Kecamatan Bekasi (daerah kota), Cilincing (sekarang masuk Jakarta), Pondok Gede, Babelan, Tambun, Cikarang, Cabang Bungin, dan Setu.
4. Suku Bali terdapat di sebuah kampung di Kecamatan Sukatani, bahkan sampai sekarang namanya masih Kampung Bali.


       keberadaan penduduk yang berasal dari berbagai etnis tersebut, telah mempengaruhi pola hidup dan bahasa.
A. Adat istiadat masyarakat Bekasi
        Walaupun Bekasi memiliki penduduk Non-Islam, namun kehidupan Islami sangat kental dalam budaya masyarakat Bekasi. Sikap toleransi pun menjadi ciri khas Kota Bekasi, bentuk toleransi tersebut diwujudkan dengan sikap konkrit berupa keramahtamahan, misalnya:
a) gaya hidup sederhana, tidak berlebihan
b) solidaritas dan gotong royong
c) mengamalkan asas mufakat untuk pengambilan keputusan.
     semua ini secara langsung atau tidak terkait dengan nilai ketakwaan kepada Tuhan YME, termasuk ajaran agama Islam (Suparlan, 1985).
1. Tradisi Pantangan dan Kuwalat
        tradisi ini merupakan bentuk folklore, yang tidak diketahui siapa pencipta dan asalnya, pantangan ini digunakan sebagai saran atau himbauan. Diantaranya adalah :
a) dilarang membuang sampah ke sungai, jka ada buaya yang memangsanya itu adalah kuwalat baginya karena telah mencemarkan sungai.
b) untuk mencegah sepasang buaya putih penunggu sungai marah, masyarakat Melayu Betawi  "nyugu" dengan membawa sesajen kembang tujuh rupa, telor ayam mentah, bekakak ayam, dan nasi kuning.
c) tradisi menghormati sepasang buaya putih, masih tercermin dalam adat perkawinan Melayu Betawi yang mengharuskan dalam pinangan pihak mempelai laki-laki membawa sepasang roti buaya.
d) sampah harus ditabun, maka nabun atau membakar sampah merupakan  kebiasaan orang Melayu Betawi dan menebang pohon pun tidak boleh sembarangan, karena dalam pohon kayu yang besar terdapat penunggu yang akan marah bila pohon kayu itu ditebang secara sembarangan.
       kuwalat dan ketulah sangat sulit dibedakan artinya. kuwalat atau kewalat berarti kena walat. ketulah berarti kena tulah, walat dan tulah adalah kena bencana, kesialan (istilaha bahasa Melayu-Betawi "sial dangkalan")
       Dalam sistem kepercayaan lama, kekuasan yang maha tinggi dipercaya adalah berupa para dewa-dewa dan dewa-dewa itu mempunyai kepala dewa (dewa tertinggi). Kebiasaan 'nyuguin' dan 'ngukup' adalah kebiasaan untuk menghormati dewa-dewa. nyuguin (berupa sesajen dalam masyarakat Jawa) dan diungkupin (yaitu dengan membakar kemenyan yang asap-asapnya dibawa ke setip sudut rumah)
2. Sistem Kekerabatan
      Sistem kekerabatan yang berlaku di daerah Jawa, bahkan di masyarakat Bekasi menganut sistem kekerabatan yang bersifat  " Parental " atau " Bilateral" yaitu menarik garis keturunan sendiri, artinya masyarakat Bekasi apabila sudah berkeluarga cenderung menarik garis keturunan sendiri baik dari pihak Ayah maupun dari pihak Ibu dan menetap terpisah dari orangtua walaupun sering kali lokasinya berdekatan.

Kamis, 23 November 2017

seni topeng bekasi





Seni Topeng Bekasi sudah ada sejak Indonesia Merdeka. Berdasarkan pada sejarah berdirinya Topeng Bekasi masih sama dengan Topeng Betawi. Bedanya hanya pada Bahasa pengantar pada saat pementasan.Topeng Bekasi memakai bahasa Betawi dan bercampur dengan bahasa Bekasi.

Unsur seni yang terdapat di Topeng Bekasi ini adalah unsur Seni, Musik, suara, lawak dengan percampuran drama. Unsur tari di langsungkan pada saat pembukaan acara yang di isi tarian.Unsur seni musiknya diperdengarkan pada awal hingga akhir acara.Unsur Seni suara terdapat di tengah-tengah acara. Dan unsur lawaknya di bungkus oleh unsur drama yaitu muncul secara spontan di setiap babak acara pementasan. Alat yang dipakai dalam pementasan antara lain : kendang, rebab, goong, saron, boning, dan kecrek.Runtutan acara pada pagelaran topeng di mulai dengan tatalu, lalu Tari Kreasi Dasar.Sesudah itu barulah pemain/wanita muda memakai topeng bunga-berupa topi lebar sebesar tampah yang kecil serta sisinya dihias – yang menyanyi dan yang menari. Sudah keluarnya topeng bunga ini menandakan bahwa acara puncak topeng ini akan dimulai. Dan yang hanya memakai topeng kembang lah menjadi pemain dalam pementasan acara ini.

Dan menurut Bapak Tarimin pimpinan grup Topeng Bekasi Harapan Jaya, topeng bekasi mempunyai judul-judul cerita yang bisa dipentaskan diantaranya cerita “Mas Rante”, “Sangkuriang”, “Lutung Kasarung”, “Banteng Siji Jiwa Loro”, “Penunggu Sumur Tujuh”. Dan lain sebagainya.